Yerusalem telah mencatat salah satu tingkat kualitas udara terburuk sepanjang tahun ini, dengan kota itu memasuki sepuluh lokasi terpolusi teratas di dunia pada tanggal 30 Agustus 2025. Indeks Kualitas Udara (AQI) melampaui angka 110, ambang batas yang dikategorikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai tidak sehat bagi kelompok rentan. Pihak berwenang dan para ahli memperingatkan bahwa penduduk rentan menghadapi risiko kesehatan yang signifikan, sementara pengamat lingkungan menekankan bahwa badai debu yang berulang dan panas ekstrem memperparah masalah ini.
Yerusalem dalam Sepuluh Besar Global
Data dari IQAir menempatkan Yerusalem di antara sepuluh kota terpolusi teratas di dunia, dengan puncak AQI sekitar 110. Tingkat polusi tertinggi terjadi pada siang hari, ketika kondisi atmosfer yang stagnan dan panas musim panas yang sangat ekstrem bergabung untuk menjebak polutan dekat permukaan. Menjelang malam hari, para peramal cuaca memperkirakan bahwa tingkatannya akan mereda seiring angin yang lebih kuat mulai menyebar partikel halus.
Tel Aviv yang berdekatan mencatat tingkat sedang selama periode yang sama, menyoroti bahwa lonjakan di Yerusalem lebih tajam karena topografinya dan lokasinya yang berada di pedalaman. Kota pesisir mendapat manfaat dari angin laut yang lebih cepat mengencerkan polutan udara.
Penyebab lonjakan polusi
Para ilmuwan lingkungan menunjuk tiga faktor utama di balik episode polusi saat ini.
Intrusi Debu dari Gurun
Wilayah Mediterania Timur secara teratur terkena debu gurun, terutama selama bulan-bulan akhir musim panas. Intrusi ini meningkatkan konsentrasi PM10 dan PM2.5, keduanya berbahaya jika dihirup. Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus baru-baru ini melacak beberapa kejadian debu yang mempengaruhi wilayah Levant, sehingga kualitas udara di Israel memburuk.
Panas Ekstrem dan Stagnasi Atmosfer
Gelombang panas memperparah stagnasi udara, membatasi pencampuran vertikal di atmosfer. Ini memungkinkan polutan, termasuk partikel halus dan ozon permukaan, terakumulasi di dekat permukaan. Awal bulan ini, Kementerian Perlindungan Lingkungan Israel memperingatkan penduduk tentang tingkat partikel yang “berbahaya” di Yerusalem selama gelombang panas lainnya, dengan mengutip konsentrasi PM10 yang tinggi selama puncak pagi.
Aktivitas Manusia
Kemacetan lalu lintas, pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi industri tetap menjadi kontributor terhadap emisi harian. Sebuah studi terbaru di Mediterania Timur menyoroti peningkatan emisi dari aerosol sulfat dan pembakaran biomassa, yang, jika digabungkan dengan debu gurun, membentuk campuran polutan berbahaya yang sangat kuat.

Risiko Kesehatan bagi Penduduk
Pada AQI di atas 110, risiko dampak kesehatan yang merugikan sangat signifikan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, wanita hamil, dan individu dengan asma atau kondisi kardiovaskular. Para ahli medis memperingatkan bahwa bahkan orang dewasa yang sehat pun dapat mengalami iritasi mata, batuk, dan sesak napas jika terpapar dalam waktu yang lama.
Pada pertengahan Agustus, otoritas lingkungan Israel mengeluarkan himbauan resmi yang mendesak orang untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menghindari latihan yang berat ketika tingkat konsentrasi partikel tinggi. Mereka juga menyarankan bahwa kelompok berisiko tinggi tetap berada di dalam ruangan selama jam puncak.
Kepedulian Kemanusiaan
Krisis polusi udara memperburuk tekanan lingkungan yang lebih luas di seluruh Israel. Dengan perubahan iklim yang meningkatkan frekuensi gelombang panas dan mengubah pola angin, baik intrusi debu gurun maupun penumpukan ozon diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang. Layanan kesehatan sudah berada di bawah tekanan karena meningkatnya jumlah kasus penyakit pernapasan yang terkait dengan kualitas udara yang buruk.
Sebelumnya, sekolah-sekolah di Yerusalem telah dipaksa untuk menyesuaikan kegiatan di luar ruangan pada hari-hari yang tercemar, dan tempat perlindungan komunitas telah mengalami peningkatan permintaan terhadap lingkungan udara berfilter. Organisasi bantuan memperingatkan bahwa tanpa manajemen lingkungan yang lebih kuat, komunitas yang rentan akan menderita paling parah.
Pola Harian dan Prospek Jangka Pendek
Kejadian polusi di wilayah ini sering mencapai puncaknya pada akhir pagi dan sore hari, ketika panasnya hari meningkatkan stagnasi udara. Kadar cenderung turun sepanjang malam seiring meningkatnya angin dan membaiknya pencampuran vertikal. Ramalan hari ini diperkirakan nilai AQI akan turun menjadi sekitar 60 menjelang tengah malam, pada tingkat sedang namun tetap di atas ambang batas aman WHO.
Ahli meteorologi memperingatkan bahwa akhir musim panas tetap merupakan periode berisiko tinggi bagi badai debu baru. Catatan cuaca di Yerusalem pada akhir Agustus menunjukkan kejadian 'debu berhembus' yang berulang, membuat kemungkinan lonjakan yang berulang cukup signifikan.
Analisis Profesional: Apa Artinya Ini untuk Kebijakan
Dari perspektif kesehatan masyarakat dan kebijakan, episode ini menyoroti urgensi menangani kedua faktor penggerak lingkungan dan terkait iklim. Seorang profesor ilmu lingkungan di Universitas Ibrani di Yerusalem menjelaskan, “Kombinasi emisi antropogenik dan debu alami sedang menciptakan kejadian polusi udara yang akut yang hanya akan memburuk seiring perubahan iklim. Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan peramalan debu regional sangat penting.”
Rekomendasi kebijakan meliputi memperkuat sistem peringatan dini terhadap masuknya debu, berinvestasi dalam transportasi umum untuk mengurangi emisi lalu lintas, dan mendorong penghijauan perkotaan untuk mengurangi panas. Pada tingkat rumah tangga, penggunaan penjernih udara HEPA, penyegelan ruang di dalam rumah selama jam-jam puncak, dan pemantauan waktu nyata dapat membantu mengurangi paparan.
Dampak Regional dan Pelajaran Global
Peristiwa Yerusalem mencerminkan tren yang lebih luas di seluruh Mediterania Timur dan Afrika Utara, di mana debu, panas, dan emisi saling bertemu. Peristiwa serupa di Siprus, Yunani, dan Turki telah menyebabkan lonjakan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit karena asma dan penyakit jantung. Organisasi Kesehatan Dunia menekankan bahwa polusi udara kini menjadi salah satu ancaman utama kesehatan lingkungan secara global, yang bertanggung jawab atas sekitar tujuh juta kematian prematur setiap tahunnya.
Conclusion
Peringkat Yerusalem di antara kota-kota paling tercemar di dunia hari ini menyoroti keparahan krisis kualitas udaranya. Dengan AQI yang melebihi 110, risiko bagi kelompok sensitif bersifat langsung dan berat. Kecuali langkah-langkah proaktif diambil, kombinasi tekanan iklim, masuknya debu, dan emisi akan terus membahayakan kesehatan masyarakat di kota ini.
Untuk perspektif yang lebih luas, baca liputan terkait kami tentang perubahan iklim dan polusi perkotaan untuk memahami bagaimana kota-kota di seluruh dunia berjuang menghadapi tantangan yang serupa.
Temukan lebih banyak dari Berita Olam
Berlangganan untuk mendapatkan kiriman posting terbaru ke email Anda.