Lewati ke konten utama

Setiap tahun, Montmartre di Paris menyambut sekitar 11 juta wisatawan, menjadikannya salah satu destinasi tersibuk di Eropa. Angka ini bahkan melebihi jumlah pengunjung Menara Eiffel, landmark utama kota tersebut. Di balik citra romantis dan indahnya, penduduk Montmartre kini menghadapi tekanan besar dari pariwisata yang berlebihan. Suasana desa yang pernah ada telah berubah menjadi kerumunan yang tak terkendali yang terasa lebih seperti taman hiburan daripada lingkungan yang hidup.

Warga Lokal Kehilangan Identitas Lingkungan Mereka

Penduduk lama mengatakan bahwa Montmartre secara perlahan kehilangan jiwanya. Olivier Baroin, seorang warga setempat, terpaksa menjual apartemennya karena kehidupan sehari-hari menjadi tak tertahankan. Jalan-jalan sempit yang dulu dipenuhi toko roti dan tukang daging sekarang diduduki oleh stan suvenir, kios makanan cepat saji, dan kerumunan wisatawan yang tak berujung. Mobilitas sehari-hari terganggu oleh pejalan kaki yang berlebihan dan arus pengunjung yang tak henti-hentinya.

Kelompok komunitas Vivre à Montmartre berpendapat bahwa distrik tersebut telah berubah menjadi "Taman Impian terbuka." Wisatawan datang hanya untuk berfoto, membeli oleh-oleh, dan pergi, tanpa pernah mengalami kehidupan lokal yang sebenarnya. “Orang datang selama beberapa jam, membeli beret atau crepe, lalu meninggalkan kekacauan di belakang,” kata Anne Renaudie, salah satu pemimpin gerakan tersebut.

Meningkatkan Protes dengan Spanduk dan Tuntutan

Protes semakin keras, dengan spanduk yang digantung dari balkon bertuliskan "Di balik kartu pos: warga lokal diperlakukan buruk oleh Walikota" dan "Warga Montmartre melawan." Penduduk menuntut batasan jumlah rombongan tur, larangan penggunaan pengeras suara yang berisik, dan bahkan kenaikan pajak wisata untuk membantu meningkatkan kualitas hidup penduduk setempat.

Gelombang perlawanan ini menyoroti bagaimana pariwisata berlebihan tidak lagi sekadar keluhan tetapi menjadi ancaman serius terhadap hak penduduk atas ruang hidup mereka sendiri. Media lokal dan internasional menyoroti Montmartre sebagai contoh mencolok dari dampak negatif industri pariwisata global.

Krisis Perumahan dan Tekanan Ekonomi

Di luar kerumunan, Montmartre juga menghadapi krisis perumahan yang tajam. Harga properti telah meningkat sebesar 19 persen dalam dekade terakhir, dengan sebuah apartemen kecil seluas 40 meter persegi sekarang berharga sekitar €500.000. Tren ini menjadi lebih buruk karena ledakan penyewaan jangka pendek seperti Airbnb, yang membuat penduduk setempat semakin sulit menemukan tempat tinggal yang terjangkau.

Untuk mengatasi hal ini, otoritas Paris memperketat peraturan. Sewa jangka pendek yang sebelumnya diizinkan hingga 120 hari per tahun sekarang dibatasi hingga 90 hari. Meskipun bertujuan untuk mengurangi tekanan perumahan, banyak yang berpendapat bahwa langkah tersebut tidak cukup untuk benar-benar melindungi penduduk tetap.

Kehidupan Sehari-hari Menjadi Tidak Tertahankan

Bagi penduduk setempat, kehidupan sehari-hari semakin sulit. Anthea Quenel, seorang penduduk Montmartre, mengatakan bahwa dia sering harus berteriak hanya untuk meloloskan diri melalui kerumunan wisatawan yang memenuhi jalan-jalan sempit. Banyak yang menggambarkan Montmartre sebagai kota "zombie": indah bagi wisatawan tetapi kosong dari kehidupan lokal yang asli.

Kontras mencolok antara citra Montmartre yang sempurna seperti kartu pos dan kenyataan penduduknya mengungkapkan bagaimana pariwisata yang tidak terkendali tidak hanya mengubah ekonomi tetapi juga mengikis akar sosial dan budaya yang dibangun selama beberapa generasi.

Jalan Panjang Menuju Menyelamatkan Montmartre

Pejabat kota sedang mencari solusi untuk menyeimbangkan pariwisata dengan keberlangsungan hidup. Diskusi meliputi penetapan batas pengunjung harian, mengatur bisnis lokal, dan meningkatkan pajak wisata. Namun sejauh ini, belum ada kebijakan yang sepenuhnya mengurangi tekanan.

Sementara itu, kota-kota Eropa lain seperti Venesia dan Barcelona telah menerapkan batas pengunjung yang lebih ketat. Paris mungkin perlu mengikuti jejak jika Montmartre ingin mempertahankan identitas uniknya.


Temukan lebih banyak dari Berita Olam

Berlangganan untuk mendapatkan kiriman posting terbaru ke email Anda.

Samuel Berrit Olam

Samuel Berrit Olam adalah pendiri Olam Corpora, sebuah perusahaan induk multi-sektor yang mengawasi Olam News dan berbagai unit bisnis di bidang media, teknologi, dan FMCG. Dia berfokus pada pengembangan ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan visi global dan akar lokal.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Temukan lebih banyak dari Berita Olam

Langgan sekarang untuk terus membaca dan mendapatkan akses ke seluruh arsip.

Lanjutkan membaca