Ketika dunia mengalami dua kali perang besar di abad ke-20, penyebabnya bukanlah satu peristiwa tunggal, tetapi akumulasi ketegangan politik, ekonomi, dan militer yang dibangun selama bertahun-tahun. Perang Dunia I dan II meninggalkan kehancuran besar, dan di baliknya, Amerika Serikat memainkan peran penting, baik dalam tahap akhir maupun dalam membentuk tatanan pascaperang.
Akar Perang Dunia I
Pada tahun 1914, Eropa terjebak dalam sistem aliansi yang kompleks. Entente Tiga—yang terdiri dari Inggris, Prancis, dan Rusia—menghadapi Aliansi Tiga dari Jerman, Austria-Hungaria, dan Italia. Persaingan kolonial, perlombaan senjata, dan meningkatnya nasionalisme di Balkan bertindak sebagai pemicu konflik. Percikan langsung terjadi pada 28 Juni 1914, ketika Putra Mahkota Franz Ferdinand dari Austria-Hungaria dibunuh di Sarajevo oleh seorang nasionalis Serbia.
Awalnya, Amerika Serikat memilih netralitas, tetapi tenggelamnya Lusitania oleh Jerman pada tahun 1915 dan pengungkapan Telegram Zimmermann pada tahun 1917 mendorong Washington untuk bertindak. Masuknya AS ke dalam perang mempercepat kekalahan Sekutu Tengah. Keterlibatan ini melampaui kekuatan militer hingga diplomasi, seperti yang terlihat dalam Perjanjian Versailles 1919, yang secara ironis menaburkan benih konflik global berikutnya.
Jalan Menuju Perang Dunia II
Kekalahan Jerman dan beban berat dari Perjanjian Versailles memicu rasa tidak puas. Depresi Besar tahun 1929 mengguncang ekonomi global, membuka jalan bagi rezim otoriter seperti Adolf Hitler di Jerman, Benito Mussolini di Italia, dan militeris Jepang. Liga Bangsa-Bangsa gagal menghentikan agresi, sementara Jerman menentang pembatasan militer dan memperluas wilayahnya.
Pada 1 September 1939, Jerman menyerang Polandia. Britania dan Prancis segera menyatakan perang. Sekali lagi, Amerika Serikat awalnya tetap netral, tetapi melalui Undang-Undang Pinjaman dan Sewa tahun 1941, Washington memasok senjata dan logistik kepada Sekutu. Serangan mendadak di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, merupakan titik balik, memaksa AS untuk terlibat dalam perang skala penuh di Eropa dan Pasifik.
Peran Krusial Amerika
Keterlibatan AS terbukti strategis. Di Eropa, koordinasi dengan Inggris dan Uni Soviet menghasilkan operasi besar seperti pendaratan D-Day di Normandia tahun 1944. Di Pasifik, keputusan Presiden Harry S. Truman untuk menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 mengakhiri perang melawan Jepang dan membuka era nuklir.
Polanya Intervensi AS dalam Konflik Global
Sejak awal abad ke-20, Amerika jarang benar-benar absen dari konflik besar. Dalam Perang Dunia I, itu masuk untuk menyeimbangkan kekuatan dan mengamankan jalur perdagangan. Dalam Perang Dunia II, selain menghadapi ancaman langsung, AS memanfaatkan momen tersebut untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global pascaperang. Polanya ini berlanjut setelah tahun 1945, dengan keterlibatan di Korea, Vietnam, Perang Teluk, dan intervensi di Irak dan Afghanistan yang sering digambarkan sebagai upaya melindungi kepentingan ekonomi, menjaga keseimbangan kekuasaan, dan memastikan dominasi geopolitik.
Gambaran Kronologis
Data historis menunjukkan penumpukan ketegangan secara bertahap sebelum meletus menjadi perang dunia. Dari pembunuhan Franz Ferdinand, masuknya AS pada tahun 1917, Perjanjian Versailles, Depresi Besar, hingga agresi Jerman pada tahun 1939, peristiwa-peristiwa tersebut saling terkait. Peran Amerika dalam setiap fase sebagai pemasok, mediator diplomatik, atau kekuatan militer terbukti menentukan.
Pada akhirnya, kedua perang dunia membentuk tatanan dunia yang kita kenal hari ini, dengan Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan dominan. Keterlibatan Washington dalam konflik besar tidak hanya menentukan hasil di medan perang tetapi juga membentuk lanskap politik, ekonomi, dan keamanan yang masih mempengaruhi dunia modern.
Temukan lebih banyak dari Berita Olam
Berlangganan untuk mendapatkan kiriman posting terbaru ke email Anda.