Harga Minyak Menurun di Tengah Harapan Perdamaian Ukraina
Pasar energi internasional sekali lagi menunjukkan volatilitas. Harga minyak sedikit turun pada hari Selasa, 19 Agustus 2025, karena harapan meningkat terhadap kemungkinan pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina, sebuah rencana yang dilaporkan didukung oleh Presiden AS Donald Trump.
Dalam perdagangan Asia, minyak mentah Brent turun $0,07 menjadi $66,53 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun $0,06 menjadi $63,36 per barel. Kontrak WTI Oktober yang lebih aktif juga turun menjadi $62,61 per barel.
Pergerakan harga ini mencerminkan optimisme investor bahwa konflik yang berlangsung lama mungkin mereda setelah Trump mengklaim telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy tentang kemungkinan sidang trilateral.
Gambaran Umum Energi Global
Menurut Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, jika sanksi terhadap minyak Rusia dicabut, harga bisa turun lebih jauh hingga sekitar $58 per barel pada akhir 2025 atau awal 2026. Namun, jika Amerika Serikat memperketat sanksi sekunder terhadap pembeli minyak Rusia, seperti India, harga bisa naik lagi.
Perkembangan ini menyoroti pentingnya perang secara global. Setiap pelonggaran ketegangan tidak hanya akan menstabilkan pasar energi tetapi juga menurunkan tekanan inflasi yang terkait dengan biaya transportasi dan produksi di seluruh dunia.
Bank Indonesia Menahan Suku Bunga
Sementara itu, kembali di Indonesia, pasar keuangan sedang menunggu keputusan kebijakan utama. Sebuah jajak pendapat Reuters yang dilakukan antara 11–18 Agustus menunjukkan bahwa sebagian besar ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di angka 5,25 persen selama rapat kebijakan pada 20 Agustus 2025.
Keputusan ini mengikuti pemotongan sebesar 25 basis poin pada Juli, sebagai bagian dari pengurangan total sebesar 100 basis poin sejak September 2024. Namun, permintaan kredit yang lemah dan kebutuhan untuk transmisi kebijakan telah membuat bank sentral berhati-hati.
Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi Indonesia mencapai 2,37 persen pada Juli 2025, mendekati titik tengah dari kisaran target BI sebesar 1,5–3,5 persen. Sementara itu, pertumbuhan PDB kuartal kedua mencapai 5,12 persen, mengalahkan ekspektasi dan mendukung keputusan bank sentral untuk tetap mempertahankan kebijakan.
Para ekonom memperkirakan pelonggaran moneter lebih lanjut kemungkinan akan terjadi pada kuartal keempat tahun 2025, terutama jika Federal Reserve AS mulai memotong suku bunga akhir tahun ini, memberikan BI lebih banyak ruang untuk bergerak.
Implikasi Global dan Domestik
Gabungan dari penurunan harga minyak dan kebijakan moneter yang stabil di Indonesia menghadirkan peluang dan tantangan.
- Secara global, harga minyak yang lebih rendah dapat meredakan inflasi tetapi tetap sangat bergantung pada hasil yang tidak pasti dari pembicaraan damai Ukraina.
- Secara domestik, tingkat suku bunga yang stabil memberikan kepastian bagi bisnis dan konsumen sekaligus menjaga pasar obligasi Indonesia tetap menarik.
Kesimpulan
Hari ini, pasar global dipengaruhi oleh dua perkembangan utama: harga minyak yang turun karena harapan perdamaian yang diperbarui di Ukraina, dan keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga tetap di angka 5,25 persen. Bersama-sama, cerita-cerita ini menegaskan bagaimana geopolitik dan kebijakan moneter domestik tetap sangat terkait, mempengaruhi biaya energi, inflasi, dan aliran investasi di seluruh dunia.
Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, keseimbangan antara diplomasi internasional dan kebijakan ekonomi nasional akan menentukan arah pasar di bulan-bulan mendatang.
Temukan lebih banyak dari Berita Olam
Berlangganan untuk mendapatkan kiriman posting terbaru ke email Anda.