Hubungan perdagangan antara Inggris dan Tiongkok menunjukkan tren positif sepanjang tahun 2025. Pemerintah Inggris telah mengambil pendekatan yang lebih ramah dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, membuka peluang baru bagi perusahaan Inggris untuk memperluas operasi mereka di ekonomi terbesar kedua di dunia. Perubahan ini terlihat dari dimulainya kembali dialog ekonomi tingkat tinggi, dibukanya kembali akses pasar yang sebelumnya dibatasi, dan kesepakatan bisnis lintas sektor.
Kebijakan Ramah Bisnis dan Sinyal Positif
Pada awal tahun 2025, London dan Beijing menghidupkan kembali dialog resmi yang sebelumnya tertunda. Pertemuan antara Menteri Perdagangan dan Perindustrian Inggris Jonathan Reynolds dan Menteri Perdagangan China Wang Wentao menghasilkan kesepakatan kerja sama di bidang keuangan, digital, energi hijau, dan keberlanjutan. Ini membuka peluang bagi bisnis Inggris untuk berkembang di berbagai industri, mulai dari layanan keuangan hingga sektor kreatif.
Selain itu, Inggris akan menjadi "Negara Kehormatan" di Pameran Dagang Xiamen yang akan datang pada bulan September. Pengakuan ini menawarkan platform strategis untuk memamerkan produk unggulan dan menjalin kemitraan baru dengan mitra dagang Tiongkok.
Perusahaan Mengambil Kesempatan
Beberapa perusahaan di Inggris telah bergerak dengan cepat. HSBC dan Schroders mendapatkan lisensi baru untuk memperluas layanan keuangan di Tiongkok. Klub anggur eksklusif 67 Pall Mall membuka cabang di Shanghai, menargetkan pasar premium yang berkembang. Merek seperti Barbour dan Fortnum & Mason memperluas distribusi melalui platform e-commerce lokal, sementara Scottish Leather Group menjalin kemitraan dengan industri otomotif China.
Dalam bidang farmasi, AstraZeneca mengumumkan investasi besar untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan beserta fasilitas manufaktur di Beijing, memperkuat status China sebagai pasar prioritas.
Bagaimana Pendekatan Inggris Berbeda dari AS dan UE
Berbeda dengan AS dan UE, yang baru-baru ini memperketat aturan perdagangan dengan China, Inggris memilih jalur diplomasi perdagangan yang lebih fleksibel. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan izin usaha dengan lebih mudah, mempercepat proses negosiasi, dan mengurangi hambatan masuk.
Strategi seperti ini juga memberikan keunggulan kompetitif, terutama untuk sektor yang sensitif terhadap regulasi, seperti layanan keuangan, makanan, dan farmasi. Misalnya, ekspor daging babi dari Inggris baru-baru ini diizinkan kembali ke pasar China setelah bertahun-tahun pembatasan.
Kesempatan dan Tantangan di Pasar Tiongkok
Cina menawarkan potensi besar untuk produk dan layanan Inggris, terutama di segmen premium dan teknologi hijau. Kolaborasi dalam keuangan hijau, digitalisasi, dan inovasi energi telah menjadi fokus utama bagi kedua negara. Namun, bisnis harus tetap waspada terhadap persaingan harga yang sengit, perubahan regulasi yang mendadak, dan fluktuasi permintaan konsumen.
Banyak perusahaan memilih untuk memulai dengan mitra lokal dan saluran e-commerce untuk mengurangi risiko modal sambil menyesuaikan produk dan harga dengan preferensi konsumen Tiongkok.
Mengingat perkembangan ini, jelas bahwa Inggris memanfaatkan momentum hubungan perdagangan yang membaik untuk mendapatkan pijakan yang kuat di salah satu pasar terbesar di dunia. Jika tren positif ini berlanjut, tahun 2025 bisa menandai awal era baru hubungan bisnis saling menguntungkan antara Inggris dan Tiongkok.
Temukan lebih banyak dari Berita Olam
Berlangganan untuk mendapatkan kiriman posting terbaru ke email Anda.